SBY Masih Hitung dengan Cermat
Janji menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar belum terealisasi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah menebar harapan baru. Dia kemarin (5/12) memberi sinyal akan menurunkan lagi harga premium. Kebijakan itu diambil karena harga minyak mentah dunia baru saja turun menjadi USD 43 per barel.
''Kami sedang exercise dengan cermat. Baik oleh Menkeu, ESDM, dan menteri-menteri terkait untuk melihat peluang menurunkan kembali premium dan tentunya juga solar,'' kata SBY saat konferensi pers usai rapat evaluasi kredit usaha rakyat (KUR) di gedung BRI kemarin.
Awal bulan ini, pemerintah baru saja menurunkan harga bensin dari Rp 6.000 menjadi Rp 5.500. Pada 1 Desember lalu, SBY juga memberikan sinyal menurunkan harga solar per 1 Januari 2009.
Menurut dia, penurunan harga BBM bersubsidi jenis premium dan solar bertujuan meringankan beban sektor riil. Selain itu, meringankan pelaku industri akibat tekanan krisis keuangan global. SBY berharap, jika nanti harga premium dan solar benar-benar turun, beban masyarakat pengguna kendaraan umum maupun pribadi bisa ringan.
Kapan diumumkan dan diberlakukan? SBY lagi-lagi memberi teka-teki. Menurut dia, kepastian harga baru BBM dan kapan diberlakukan belum bisa disampaikan saat ini. Pemerintah, lanjut dia, akan menghitung dulu secara cermat. ''Jangan sampai terjadi salah keputusan, sehingga penurunan harga BBM nanti benar-benar menjadi solusi,'' ujarnya.
Desakan agar pemerintah kembali menurunkan harga premium dan solar memang terus mengalir. Turunnya harga premium Rp 500 per 1 Desember lalu dinilai tidak banyak berpengaruh bagi masyarakat. Penurunan harga BBM tidak sebanding dengan kenaikan harga yang dirasakan masyarakat beberapa bulan lalu.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro mengakui terus memantau perkembangan harga minyak mentah dunia dan kurs rupiah dari hari ke hari. "Terkait solar, Departemen ESDM ini dapurnya. Jadi, terus kami kaji," ujarnya.
Menurut Purnomo, kebijakan harga BBM bersubsidi, baik premium, minyak tanah, maupun solar, selalu terkait dengan faktor harga minyak dan kurs rupiah. "Saat ini, kami memang fokus ke solar," katanya.
Meski harga minyak dunia terus turun hingga USD 43 per barel dan harga patokan minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) USD 46 per barel, Purnomo belum bisa memastikan, apakah harga solar diturunkan Januari 2009. "Kan masih sebulan lagi, kita lihat saja nanti," terangnya.
Purnomo mengakui, ada kecenderungan harga minyak berada di level rendah akibat ancaman resesi ekonomi dunia yang menekan demand energi primer. Meski demikian, lanjut dia, penurunan harga minyak tersebut terkompensasi oleh melemahnya nilai tukar rupiah. "Faktor kurs ini yang masih fluktuatif," ujarnya.
Departemen ESDM selaku departemen teknis di sektor energi juga terus berkoordinasi dengan Departemen Keuangan selaku bendahara negara. Itu bertujuan untuk menghitung kemampuan keuangan negara guna membiayai belanja subsidi BBM. "Ini terkait dengan postur APBN," imbuhnya.
Menurut dia, jika harga solar diturunkan pada Januari 2009, konsekuensinya, pos belanja subsidi BBM bisa membengkak seandainya harga minyak kembali naik. ''Hal seperti itu harus diantisipasi. Karena itu, kami terus berkoordinasi dengan Depkeu," terangnya.
Sebelumnya, pemerintah sempat menyebut dua kemungkinan penurunan harga solar. Yakni, turun Rp 500 atau Rp 300 sehingga harga solar bulan depan mungkin Rp 5.000 atau Rp 5.200.
Tahun depan subsidi BBM dalam APBN 2009 ditetapkan Rp 57,60 triliun. Angka tersebut turun Rp 15,57 triliun jika dibandingkan dengan usul pemerintah sebelumnya. Pemangkasan alokasi subsidi BBM tersebut disebabkan turunnya harga minyak mentah dunia.
Sementara itu, realisasi subsidi BBM 2008 disebutkan telah melebihi kuota yang ditetapkan dalam APBN Perubahan 2008. Realisasi subsidi BBM dan elpiji hingga Oktober 2008 sudah mencapai Rp 130,9 triliun atau melebihi kuota APBN Perubahan 2008 sebesar Rp 126,82 triliun.
Lanjutkan KUR
Di bagian lain, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memastikan program kredit usaha rakyat (KUR) dilanjutkan pada 2009 nanti. Pemerintah tetap menjamin kredit bagi kalangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) itu.
SBY mengaku cukup puas terhadap pelaksanaan KUR 2008. Menurut dia, dari target Rp 14 triliun telah disalurkan Rp 12 triliun dengan 1,5 juta nasabah. Yang menyebabkan SBY puas adalah tingkat kredit macet (non-performing loan/NPL) kurang dari 1 persen.
''Tentu indikator ini positif karena ternyata kebijakan, konsep, skim KUR dengan penjaminan pemerintah betul-betul dapat dilaksanakan dengan kualitas, kuantitas, yang dulu barangkali belum kita yakini bisa seperti ini,'' kata SBY setelah rapat evaluasi KUR di gedung BRI kemarin.
Menurut presiden, banyak masukan dan respons dari masyarakat terkait pelaksanaan KUR. Sebagian besar mengucapkan terima kasih dan berharap program tersebut dilanjutkan. Sebagian lagi, kata SBY, masih merasa mendapatkan hambatan dalam mendapatkan KUR
Jumat, 05 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar