Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memprediksi pertumbuhan investasi, baik asing maupun domestik, pada 2009 bakal turun dibandingkan tahun ini. Itu terjadi karena banyak investor terpukul dampak krisis finansial global.
Kepala BKPM Muhamad Lutfi mengatakan, tahun depan pertumbuhan investasi akan lebih rendah dari tahun ini yang ditargetkan USD 16,5 miliar. ''Ancar-ancar tahun ini USD 16,5 miliar atau tumbuh 19 persen ketimbang 2007. Tahun depan pertumbuhan investasi masih akan double digit, tapi tidak akan sebesar tahun ini karena krisis. Mungkin sekitar 10,7-11,2 persen,'' ujarnya di Depperin kemarin (18/12).
Khusus mengenai investasi AS di Indonesia, Lutfi menyebut bahwa selama lima tahun terakhir sudah tidak termasuk lima besar. Sebab, AS sudah banyak memindahkan investasinya ke negara-negara lain. Tapi, dengan kondisi ekonominya sekarang, investasi dari AS tidak bisa lagi diharapkan.
Menurut dia, Indonesia justru berpeluang besar menjadi basis investasi dari Timur Tengah, terutama di bidang agroindustri. Sebab, Indonesia merupakan sedikit negara yang bisa mengakomodasi investasi di bidang agroindustri di dunia.
''Sampai Agustus lalu mereka mendapat USD 1,6 triliun windfall dari minyak. Jadi, Timur Tengah mampu berinvestasi ke luar negeri. Saya yakin ke depan mereka akan mencari pusat opportunity baru, termasuk untuk agroindustri,'' paparnya.
Di dunia, lanjut Lutfi, tidak banyak negara yang mampu mengakomodasi investasi agroindustri. Dia mencontohkan, di kawasan ASEAN hanya Indonesia dan Myanmar yang berpotensi. Namun, Myanmar sedang dilanda masalah politik sehingga Indonesia berpeluang besar.
''Timteng (Timur Tengah) telah menjadi kekuatan baru dalam bidang investasi. Saat ini mereka lebih banyak ke bidang telekomunikasi dan maskapai penerbangan,'' tambahnya.
Lutfi mengatakan, negara-negara tetangga yang cukup berhasil menarik investasi dari Timur Tengah adalah Malaysia. Dengan kerja keras, dia yakin Indonesia mampu merebut dana dari Timur Tengah. Selama ini banyak investor dari sana yang sudah menyatakan komitmen investasi. Tapi, belum banyak yang terealisasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar